This is default featured slide 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.

This is default featured slide 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.

This is default featured slide 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.

This is default featured slide 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.

This is default featured slide 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.

Minggu, 04 Agustus 2013

Vihara Nam Hai Pelabuhan Ratu




sambil brosing dan cari reerensi untuk acara berlibur lebaran eh ternyata nemu juga, tempatnya adalah vihara nam hai, salah satu tempat wisata yang ada di pelabuhan ratu. untuk jelasnya bisa dilihat dibawah ini. sumbernya bisa dilihat dipaling bawah :)

Vihara Nam Hai - Lepas dari Curug Pareang, akhir nya kita lanjut ke Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa lebih terkenal dengan sebutan Vihara Nam Hai, lokasi nya di Desa Cibutun Citaringgul, Desa Kertajaya/Loji, Kec Simpenan, Sukabumi Jawa Barat Indonesia. Merupakan Vihara terlengkap di indonesia. Vihara ini didirikan 8 Agustus 2000 oleh seorang wanita thailand bernama   Anothai Kamonwathin atau yang lebih dikenal  masyarakat dengan sebutan "Mama Airin". 
Asal usul berdiri nya vihara ini berawal dari mimpi mama airin yg mendapat wangsit untuk mendirikan semacam tempat peribadatan dipesisir laut. Melalu petunjuk mimpi inilah dilakukan pencarian di sejumlah wilayah antara lain Gunung Batu Malang, Gunung Kidul Jogja tapi semua nya itu tidak sesuai dengan gambar yg ada dalam mimpi nya. Setelah melalui perjalanan panjang akhir nya mama airin dapat info kalo di daerah sukabumi ada tanah yg mau di jual, mungkin lokasi nya sesuai dengan yg ada dalam mimpi nya.
Akhir nya mama airin mengunjungi tempat itu dan merasa kalo tempat ini cocok dengan gambaran dalam mimpi nya. Dari situ mulai lah proses jual beli tanah dll di laksanakan sampai akhir nya terwujud sebuah Vihara Nam Hai. Proses panjang itu akhir nya berlabuh di Pelabuhan Ratu, Sukabumi Indonesia.
Dilingkungan Vihara ini terdapat banyak fasilitas peribadatan yg antara lain : Dewi Bumi, Dewa Bumi, Julehut, Dewi Kwan Im, Padepokan Eyang Semar, Padepokan Prabu Siliwangi, Budha Four Face, dan yg menarik dari vihara ini ada nya Padepokan khusus untuk Ratu Pantai Selatan (Nyi Roro Kidul). Nah apa hubungan nya antara vihara dan ratu selatan ????? mungkin karna lokasi nya yg di pantai selatan ini maka dibuat persembahan untuk Sang Ratu.
View dari Atas Vihara Nam Hai
Ada Nyi Roro Kidul
Yang menarik dari sana ada nya cerita kalo sebenar nya Nyi Roro Kidul itu adalah Putri dari Raja Thailand yg ke IV. Oleh karena itu di Padepokan Ratu Pantai Selatan ini terdapat foto raja + ratu Thailand sebagai orang tua nya. Tapi dari mana pun asal mu kau tetap ada di pantai selatan dengan berbagai cerita mistis nya yg melekat.
Petilasan Ratu Pantai Selatan

Perjalanan kami ke Vihara Nam Hai ini serangkaian perjalanan setelah dari curug pareang yg lokasi  dikisaran pelabuhan ratu. Untuk mencapai Vihara ini cukup mudah, dari jakarta ambil arah ke cibadak sukabumi, belok kanan menuju pelabuhan ratu ikutin jalan ini sekitar 30 km sampai nanti ada pertigaan besar yg sebelum nya terdapat SPBU. Nanti belok kiri arah ke surade ujung genteng. Sekitar 4 km dari pertigaan itu nanti belok kanan ambil arah Pantai Loji.
Yang membikin takjub dari perjalanan ini adalah kita melihat ada sawah yg persis disebalah laut, jadi langsung berkhayal bego "apakah nanti padi nya rasa nya asin seperti air laut ????" hehehehe.
Trus harus melewati jembatan yg sudah rusak belum diperbaikin, jembatan nya hanya di tutup dengan kayu2. Sempet mikir apakah kayu tsb kuat menahan mobil kami yg penumpangan ukuran jumbo ....... tapi alhamdulillah semua nya aman. Dan juga ada tanah longsor sehingga mobil harus berhati2, karna posisi jalan nya pas untuk 1 mobil, tidak ada space lagi. Sampai2 makjo harus turun untuk mengukur antara jalan dan mobil.
Budha Four Face Yang Melambangkan Keselamatan, Jodoh , Rejeki, Kesehatan
Oh yaa di deket Vihara terdapat juga Hotel Cipunaga dengan rate sekitar 300-350 ribu/malam, jadi yg mau menginap di sekitar vihara tidak perlu repot2 bingung cari penginapan. Tapi di vihara juga disediakan penginapan. lho, yang bisa kita gunakan asal kita reserve dulu dan tarif nya juga lebih murah. 

Pemandangan dari atas vihara sungguh keren, kita bisa memandang luas laut selatan beserta ombak nya yg dahyat. Yaaa bisa bengong2 menikmati karunia Allah yg begitu hebat nya menciptakan alam ini. 

Sawarna, Eksotisme Pantai Selatan Jawa

Sawarna adalah nama dari sebuah desa di kecamatan Bayah, Banten. Saya 'menemukan' tempat ini melalui rekomendasi dari seorang teman serta pencarian di internet. Desa ini terkenal dengan pantai-pantainya yang eksotis khas pantai selatan Jawa yang berombak besar dan berkarang. Dibanding tempat wisata lain di Banten, tempat ini relatif tenang alias sepi. Desa ini sudah dicanangkan sebagai Desa Wisata oleh pemerintah provinsi karena banyaknya daya tarik wisata yang berdekatan.
Melalui Pelabuhan Ratu 
          Kami menghabiskan 6-7 jam perjalanan dari Jakarta untuk mencapai lokasi. Rute yang kami tempuh adalah rute Pelabuhan Ratu, di mana kami harus melalui tol ke arah Sukabumi dulu. Untuk Anda yang berdomisili di luar Jakarta, misalnya Bogor, rute Pelabuhan Ratu adalah rute umum yang biasanya dilalui untuk menuju Banten. Rute lain seperti serang, dapat juga ditempuh.
          Perjalanan menuju Pelabuhan Ratu cukup melelahkan, terlebih dengan kondisi jalan yang berliku-liku dan minim penerangan. Untuk Anda yang ingin bepergian dengan mobil pribadi, harus berhati-hati karena kondisi jalan yang demikian sempit dan minim penerangan ini. Hindari bepergian dengan kendaraan jenis sedan, karena tekstur jalan akan sangat tidak bersahabat dengan shock breaker.
          Sesampainya di Pelabuhan Ratu, kami masih harus melalui sekitar 40 km lagi menuju desa Sawarna, tentu saja dengan kondisi jalan yang tidak mulus bahkan hampir dapat dikatakan rusak. Berjalan dengan kecepatan moderat sangat disarankan karena akan membantu Anda yang mudah mabuk dengan perjalanan darat dapat survive sampai di tujuan.
          Sesampainya di Sawarna, segala kepenatan yang dilalui di perjalanan yang panjang dan memabukkan dari Jakarta tadi seakan hilang begitu saja. Deretan pohon kelapa yang tertanam rapi di pinggir pantai, pemandangan sawah yang hijau, dan sapaan ramah penduduk desa telah menganulirnya dengan sangat cepat.
          Kami memilih sebuah homestay yang berlokasi di jalan utama desa Sawarna sebagai tempat bermalam. Disebut homestay karena terdiri dari deretan rumah-rumah panggung yang dapat menjadi private house untuk masing-masing rombongan atau keluarga yang datang. Yang lebih menarik lagi, rumah-rumah panggung ini terbuat dari kayu dan bambu, dan masing-masing rumah dilengkapi dengan kamar mandi yang berdinding dan berlantaikan bebatuan. Sungguh seksi dan mewah!
          Untuk mencapai pantai, kami hanya perlu berjalan sebentar dari homestay. Mengenai alternatif penginapan di Sawarna, sebetulnya pilihan yang paling banyak tersedia adalah rumah penduduk. Tarif penginapan berkisar antara Rp75.000-Rp100.000, termasuk fasilitas berupa tempat menginap lengkap dengan kasur dan perabot rumah serta makan tiga kali sehari.
Wisata Kuliner: Kombinasi Sempurna Makanan Laut dan Saung
          Sebagai desa yang lokasinya bersentuhan langsung dengan laut, wajar bila seafood menjadi makanan andalan masyarakat desa Sawarna. Tetapi jangan mengharapkan suasana restoran mewah dengan piring-piring cantik dan ruangan ber-AC, karena hampir semua tempat makan di desa ini berbentuk saung. Ya! Anda akan menikmati sensasi makan di balai-balai kecil yang terbuat dari bambu dan menghadap langsung ke sawah atau pantai. Kecuali beberapa tempat makan yang berlokasi di kawasan perumahan, pemandangan Anda akan berganti menjadi anak-anak yang bermain di halaman rumah, ibu-ibu yang menyapu halaman, dan bapak-bapak yang sedang memotong ayam. Kapan terakhir kali Anda menikmati pemandangan sehangat itu?
          Disamping tempat-tempat makan tadi, homestay yang kami sewa juga menyediakan rumah makan yang menyediakan beraneka macam seafood, mulai dari ikan, cumi-cumi, hingga udang. Menunya pun bervariasi dari pagi hingga petang. Hal yang lebih menyenangkan lagi adalah makanan-makanan ini murah-murah dan luar biasa enaknya. Mungkin karena dimasak langsung oleh penduduk desa yang identik dengan resep-resep alamiahnya. A must try!
Pantai Tanjung Layar
          Hari sudah menjelang sore, inilah saatnya berburu sunset! Setelah bertanya kepada penduduk yang memang ramah dan sangat bersemangat menjelaskan potensi-potensi wisata di desa mereka, kami memutuskan untuk mengunjungi Pantai Tanjung Layar. Pantai ini tidak jauh dari tempat kami menginap. Objek-objek wisata di desa Sawarna sebenarnya jaraknya tidak jauh antara satu dengan lainnya, namun para wisatawan mau tidak mau harus berjalan kaki untuk menempuh jarak itu. Alternatif lain adalah menyewa ojek dengan membayar Rp10.000-Rp30.000. Tetapi Anda tidak perlu khawatir. Perjalanan dengan berjalan kaki tidak akan terasa melelahkan, karena Anda akan melihat hamparan sawah di kanan dan kiri yang hijau dan beraroma menyejukkan. Sedangkan di bawah kaki terdapat bebatuan yang hampir seperti memijat kaki-kaki lelah Anda.
          Sesampainya di pantai, kami langsung berhamburan memotret pemandangan luar biasa di depan kami. Dua buah karang sangat besar berdiri kokoh menyerupai gapura di atas pantai yang hanya dipisahkan oleh garis dengan langit. Dan matahari yang malu-malu tenggelam di antara kedua karang tersebut. Langit ketika itu berwarna jingga dan berkilau seperti emas, memantulkan bayangannya di air laut yang beriak dan terkadang berombak. This is heaven! Saya tidak bisa berhenti mengagumi jernihnya air laut sehingga saya dapat dengan jelas melihat batu-batu karang yang menghiasi dasar laut. (Kontributor: Adelia Surya Pratiwi)

Sumber